Kage no Jitsuryokusha ni Naritakute! LN Indo
Bab 12
***
Dengan kata lain, Alexia dan Zenon-sensei adalah tunangan, dan aku adalah orang ketiga?”
Aku saat ini menghadapi Alexia di belakang gedung sekolah sepulang sekolah.
“Kami belum bertunangan. Dia hanya kandidat tunangan saja. “
Itulah perkataan Alexia dengan wajah tenang.
“Itu hal yang sama.”
“Tidak, itu tidak sama. Hal tu bahkan belum dikonfirmasi, tetapi dia sudah berusaha dengan paksa mempercepatnya prosesnya. Aku cukup terganggu dengan itu.”
“Hah, terserahlah. Maaf, tapi aku tidak punya niat untuk terbawa dalam keadaan di antara kalian berdua. ”
“Ya ampun, sungguh hal yang sangat buruk untuk dikatakan oleh seorang pacar kepada ku.”
“Pacar? Kamu hanya menginginkan pelarian yang nyaman, kan? ”
“Itu benar. Tapi hal yang sama berlaku untukmu, kan? ”
Senyum tidak menyenangkan muncul di wajah Alexia.
“Sama? Apa yang kamu bicarakan?”
“Oh, kamu berencana untuk pura-pura tidak tahu? Oh Sid Kagenou-kun yang kalah dalam ‘penalty game’? ”
Senyumnya semakin lebar.
Oook, tunggu sebentar. Cobalah tenang.
“Betapa kejamnya, bermain dengan emosi gadis lugu seperti itu.”
Demikian kata Alexia sambil menangis dengan air mata buaya tanpa sedikit pun kepolosan yang berasal darinya.
Tidak masalah, aku tenang.
“Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan. Apa, apakah kamu punya bukti atau sesuatu?”
Ya, bukti.
Terlepas dari seberapa banyak kecurigaan yang dia miliki, selama keduanya tidak mengkhianatiku …
“Sepertinya namanya Jaga-kun? Begitu aku berbicara dengannya, wajahnya memerah dan memberitahukan ku semuanya walau pun aku tidak berta padanya. Kau punya teman yang baik.”
Dalam hati aku ingin sekali menghajar dan menjadikannya kentang tumbuk, itu ku lakukan untuk menjaga kesehatan mentalku.
“Apa kamu baik-baik saja? Wajahmu terlihat kejang-kejang seperti orang gila.”
“Tidak masalah. Karakterku miring jadi mulutku miring juga.”
“Ahhh, aku mengerti.”
“Setidaknya, masih lebih baik darimu.”
“Nn, apakah kamu baru saja mengatakan sesuatu?”
“Uh, tidak. Jadi apa sebenarnya yang kamu inginkan? ”
Aku mengaku kalah. Alasan kekalahanku adalah salah memilih teman.
“Biarku lihat…”
Alexia melipat tangannya dan bersandar di gedung sekolah.
“Untuk saat ini, terus berpura-pura menjadi kekasihku. Durasi waktunya sampai pria itu menyerah. ”
“Status ku hanyalah keluarga Baron belaka. Sejujurnya, aku bahkan tidak memiliki kekuatan sebagai orang ketiga. “
“Aku tahu itu. Selama kita dapat mengulur waktu, maka itu sudah cukup. Sisanya akan aku tangani sendiri. ”
“Selanjutnya, aku tidak ingin terlibat ke dalam bahaya apa pun. Pihak lainnya adalah Instruktur Pedang Negara. Jika terjadi sesuatu, aku tidak akan bisa menghadapinya.”
“Bla, bla, bla, kamu benar-benar berisik.”
Sambil mengatakannya, Alexia mengambil koin emas dari saku dadanya dan menghamburnya ke tanah.
“Pungut itu.”
Koin emas adalah 100.000 Zeny. Dan setidaknya ada 10 keping di sana.
“Heeh ~, apa aku terlihat seperti pria yang akan mengibaskan ekornya demi uang?”
Kata ku sambil merangkak di tanah dan dengan hati-hati mengambil koin emas itu satu persatu.
“Ya, benar.”
“Kau punya mata yang bagus.”
11 keping, 12 keping,13 keping … ah, ada satu lagi!
Tepat ketika aku akan meraih koin emas terakhir, Alexia menginjak koin emas itu.
Aku melihat Alexia. Mata merah Alexia menatapku. Aku bisa melihat bagian dalam rok lipitnya.
“Kamu akan melakukan persis seperti yang aku katakan, kan?”
Alexia memastikan dengan senyuman mengungkapkan setiap kepribadiannya yang mengerikan.
“Tentu saja, tentu saja.”
Jawab ku dengan senyum penuh.
“Bagus, Pochi.”
Alexia menepuk-nepuk kepalaku seperti anjing atau anak kecil, lalu pergi dengan lambaian rok pendeknya.
Aku dengan hati-hati membersihkan koin emas yang telah diinjak tadi sebelum mengantonginya.
(T / N: ‘Pochi’ adalah nama yang sangat umum untuk anjing di Jepang, sedangkan ‘Tama’ untuk kucing.)
⊕⊗⊕
Bahkan setelah aku memasuki akademi, aku terus mengurangi jam tidur ku untuk melanjutkan latihan ku sendiri. Tapi sekarang dengan seluruh cinta palsu dengan Alexia, waktuku semakin sedikit.
“Ikut denganku.”
Dengan hanya satu ucapan itu, aku dipaksa untuk datang ke ruang kelas Group 1
Royal Capital Bushin style sangat pagi.
Sinar matahari pagi mengalir masuk, menerangi ruangan yang tenang dan luas yang hanya ditempati oleh kami berdua.
Latihan pagi hari.
Alexia hanya berfokus untuk mengayunkan pedangnya.
Aku, juga, mengayunkan pedang ku di sampingnya.
Alexia sangat bersungguh-sungguh terhadap gaya berpedangnya. Hal itu setidaknya adalah sesuatu yang sangat aku hargai.
Kami tidak berbicara. Kami hanya terus mengayun tanpa berkata apa-apa. Bagi ku, ini adalah bukanlah waktu yang tidak menyenangkan.
“Benar-benar misterius, gaya berpedangmu.”
Alexia yang pertama kali memecahkan kesunyian.
“Kamu memiliki dasar-dasarnya. Dan itu benar-benar satu-satunya hal yang kamu lakukan. Tetapi tetap saja…”
Tentu saja, aku menekan kekuatanku, kecepatanku, sihirku, keahlianku, dan semua hal lainnya sambil mengayunkan pedangku di depannya.
Jadi tentu saja, satu-satunya yang tersisa adalah dasar-dasarnya.
“Untuk beberapa alasan, aku merasa sulit untuk mengalihkan pandanganku.”
“Terima kasih ?”
Seekor burung berkicau di luar kelas. Suara indah itu sebenarnya bukanlah nyanyian, tetapi berjuang untuk memperebutkan wilayah. Aku bisa mendengar bunyi pertarungannya juga.
“Tapi aku benar-benar tidak suka, gaya berpedangmu.”
Setelah mengatakan itu, percakapan kami terputus, kemudian kami melanjutkan mengayunkan pedang kami dalam keheningan.
Bab 12
***
Dengan kata lain, Alexia dan Zenon-sensei adalah tunangan, dan aku adalah orang ketiga?”
Aku saat ini menghadapi Alexia di belakang gedung sekolah sepulang sekolah.
“Kami belum bertunangan. Dia hanya kandidat tunangan saja. “
Itulah perkataan Alexia dengan wajah tenang.
“Itu hal yang sama.”
“Tidak, itu tidak sama. Hal tu bahkan belum dikonfirmasi, tetapi dia sudah berusaha dengan paksa mempercepatnya prosesnya. Aku cukup terganggu dengan itu.”
“Hah, terserahlah. Maaf, tapi aku tidak punya niat untuk terbawa dalam keadaan di antara kalian berdua. ”
“Ya ampun, sungguh hal yang sangat buruk untuk dikatakan oleh seorang pacar kepada ku.”
“Pacar? Kamu hanya menginginkan pelarian yang nyaman, kan? ”
“Itu benar. Tapi hal yang sama berlaku untukmu, kan? ”
Senyum tidak menyenangkan muncul di wajah Alexia.
“Sama? Apa yang kamu bicarakan?”
“Oh, kamu berencana untuk pura-pura tidak tahu? Oh Sid Kagenou-kun yang kalah dalam ‘penalty game’? ”
Senyumnya semakin lebar.
Oook, tunggu sebentar. Cobalah tenang.
“Betapa kejamnya, bermain dengan emosi gadis lugu seperti itu.”
Demikian kata Alexia sambil menangis dengan air mata buaya tanpa sedikit pun kepolosan yang berasal darinya.
Tidak masalah, aku tenang.
“Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan. Apa, apakah kamu punya bukti atau sesuatu?”
Ya, bukti.
Terlepas dari seberapa banyak kecurigaan yang dia miliki, selama keduanya tidak mengkhianatiku …
“Sepertinya namanya Jaga-kun? Begitu aku berbicara dengannya, wajahnya memerah dan memberitahukan ku semuanya walau pun aku tidak berta padanya. Kau punya teman yang baik.”
Dalam hati aku ingin sekali menghajar dan menjadikannya kentang tumbuk, itu ku lakukan untuk menjaga kesehatan mentalku.
“Apa kamu baik-baik saja? Wajahmu terlihat kejang-kejang seperti orang gila.”
“Tidak masalah. Karakterku miring jadi mulutku miring juga.”
“Ahhh, aku mengerti.”
“Setidaknya, masih lebih baik darimu.”
“Nn, apakah kamu baru saja mengatakan sesuatu?”
“Uh, tidak. Jadi apa sebenarnya yang kamu inginkan? ”
Aku mengaku kalah. Alasan kekalahanku adalah salah memilih teman.
“Biarku lihat…”
Alexia melipat tangannya dan bersandar di gedung sekolah.
“Untuk saat ini, terus berpura-pura menjadi kekasihku. Durasi waktunya sampai pria itu menyerah. ”
“Status ku hanyalah keluarga Baron belaka. Sejujurnya, aku bahkan tidak memiliki kekuatan sebagai orang ketiga. “
“Aku tahu itu. Selama kita dapat mengulur waktu, maka itu sudah cukup. Sisanya akan aku tangani sendiri. ”
“Selanjutnya, aku tidak ingin terlibat ke dalam bahaya apa pun. Pihak lainnya adalah Instruktur Pedang Negara. Jika terjadi sesuatu, aku tidak akan bisa menghadapinya.”
“Bla, bla, bla, kamu benar-benar berisik.”
Sambil mengatakannya, Alexia mengambil koin emas dari saku dadanya dan menghamburnya ke tanah.
“Pungut itu.”
Koin emas adalah 100.000 Zeny. Dan setidaknya ada 10 keping di sana.
“Heeh ~, apa aku terlihat seperti pria yang akan mengibaskan ekornya demi uang?”
Kata ku sambil merangkak di tanah dan dengan hati-hati mengambil koin emas itu satu persatu.
“Ya, benar.”
“Kau punya mata yang bagus.”
11 keping, 12 keping,13 keping … ah, ada satu lagi!
Tepat ketika aku akan meraih koin emas terakhir, Alexia menginjak koin emas itu.
Aku melihat Alexia. Mata merah Alexia menatapku. Aku bisa melihat bagian dalam rok lipitnya.
“Kamu akan melakukan persis seperti yang aku katakan, kan?”
Alexia memastikan dengan senyuman mengungkapkan setiap kepribadiannya yang mengerikan.
“Tentu saja, tentu saja.”
Jawab ku dengan senyum penuh.
“Bagus, Pochi.”
Alexia menepuk-nepuk kepalaku seperti anjing atau anak kecil, lalu pergi dengan lambaian rok pendeknya.
Aku dengan hati-hati membersihkan koin emas yang telah diinjak tadi sebelum mengantonginya.
(T / N: ‘Pochi’ adalah nama yang sangat umum untuk anjing di Jepang, sedangkan ‘Tama’ untuk kucing.)
⊕⊗⊕
Bahkan setelah aku memasuki akademi, aku terus mengurangi jam tidur ku untuk melanjutkan latihan ku sendiri. Tapi sekarang dengan seluruh cinta palsu dengan Alexia, waktuku semakin sedikit.
“Ikut denganku.”
Dengan hanya satu ucapan itu, aku dipaksa untuk datang ke ruang kelas Group 1
Royal Capital Bushin style sangat pagi.
Sinar matahari pagi mengalir masuk, menerangi ruangan yang tenang dan luas yang hanya ditempati oleh kami berdua.
Latihan pagi hari.
Alexia hanya berfokus untuk mengayunkan pedangnya.
Aku, juga, mengayunkan pedang ku di sampingnya.
Alexia sangat bersungguh-sungguh terhadap gaya berpedangnya. Hal itu setidaknya adalah sesuatu yang sangat aku hargai.
Kami tidak berbicara. Kami hanya terus mengayun tanpa berkata apa-apa. Bagi ku, ini adalah bukanlah waktu yang tidak menyenangkan.
“Benar-benar misterius, gaya berpedangmu.”
Alexia yang pertama kali memecahkan kesunyian.
“Kamu memiliki dasar-dasarnya. Dan itu benar-benar satu-satunya hal yang kamu lakukan. Tetapi tetap saja…”
Tentu saja, aku menekan kekuatanku, kecepatanku, sihirku, keahlianku, dan semua hal lainnya sambil mengayunkan pedangku di depannya.
Jadi tentu saja, satu-satunya yang tersisa adalah dasar-dasarnya.
“Untuk beberapa alasan, aku merasa sulit untuk mengalihkan pandanganku.”
“Terima kasih ?”
Seekor burung berkicau di luar kelas. Suara indah itu sebenarnya bukanlah nyanyian, tetapi berjuang untuk memperebutkan wilayah. Aku bisa mendengar bunyi pertarungannya juga.
“Tapi aku benar-benar tidak suka, gaya berpedangmu.”
Setelah mengatakan itu, percakapan kami terputus, kemudian kami melanjutkan mengayunkan pedang kami dalam keheningan.