~ Vermillion - Volume 1 ~
Bab 0 : Demondal
Jarak antara dua penunggang kuda kabur dan delapan penunggang kuda yang mengejar semakin mendekat dengan bertambahnya waktu.
“Jangan biarkan mereka melarikan diri! Ikuti mereka!”
“Tangkap mereka!”
“Potong mereka!”
Kedelapan penunggang kuda yang mengejar mengangkat senjata mereka dan meneriakkan ucapan vulgar dengan beberapa ejekan kadang tercampur. Dilihat dari peralatan dan kepribadian mereka, tak diragukan lagi “Penjahat” atau “Perampok” cocok dengan mereka. Namun, berbeda dengan penampilan kasar mereka, koordinasi mereka sangatlah mengagumkan. Dua penunggang kuda jalannya tampak didorong oleh delapan penunggang kuda yang membentuk kipas. Setiap penunggang kuda mempertahankan jarak tertentu satu sama lain, dan dalam sekejap mata, mereka sudah mengelilingi setengahnya.
“Serang!”
Pria yang mengenakan baju kulit di depan kelompok tersebut mengangkat tombaknya dan berteriak. Ternyata ia adalah pimpinan perampok. Mengikuti perintahnya, sepasang pemanah dari setiap sisi menyiapkan anak padah pada busur pendek sederhana mereka.
Di sayap kanan, seorang pria dewan wajah bertato berteriak, “Fuck you!!!”
Menggunakan itu sebagai sinyal mereka, tiga orang lainnya menarik tali busur mereka kencang-kencang dan secara bersamaan melepaskan anak panah mereka. Anak panah menciptakan sedikit iulan di udara. Apakah kedua penunggang kuda itu akan melarikan diri setelah mendengarnya, atau melihatnya secara tak sengaja, mereka segera mengubah arah, mereka bermanuver cerdik di atas kuda untuk menghindari anak panah, satu demi satu.
Kemampuan para pengejar adalah busurnya, dan kemampuan yang dikejar adalah dengan penanganan kuda-kuda mereka. Perbedaan kemampuan mereka terlihat jelas. Tujuan asli kedua penunggang kuda tersebut adalah untuk membiarkan pengejar membuang-buang anak panah mereka.
“…tch. Incar yang sebelah kanan!”
Si pemimpin mendecakkan lidahnya dan memberikan perintahnya. Mereka semua langsung berfokus pada satu pengendara di kanan. Dari awal, orang yang ada di kanan punya tas kulir besar yang berada di pelana. Pergerakannya lebih lambat dari yang sebelah kiri. Penunggang kudah di bawahapi konsentrasi yang bersungguh-sungguh menghindari anak panah. Akan tetapi, tingkatan serangan yang satunya benar-benar intensif, dan kemudian tiba-tiba anak panah menembus sasarannya.
“!!”
Kuda dengan anak panah tertancap di bagian belakangnya meringkik dan dengan liar terjatuh ke tanah. Tas kulit yang berada di pelana terbuka dan botol berisi caiaran biru yang tersebar di tanah.
Pengendara nampaknya melompat dari pelana kanannya sebelum hal tersebut terjadi. Ia merenganggang kakinya, setelah belajar cara jatuh yang benar, dan hampir tidak ada luka.
“Satunya jatuh!”
“Hyahaa! Bunuh dia!”
Para perampok memacu kuda mereka dalam kecepatan yang ganas.
“Haahahaha, modaaaar!”
Senyuman kejam perlahan timbul di wajah pemimpin perampok saat ia menjulurkan tombaknya dan diarahkan langsung ke mangsanya tersebut. Ujung tombaknya memancarkan cahaya jahat.
Di hadapan tombak yang mendekat, si penunggang kuda tanpa pelana melompat dengan kakinya dan melemparkan jubahnya ke udara. Ia kemudian membalikkan punggungnnya ke arah perampok dan mulai berlali dengan kecepatan penuh.
Pemimpin perampok mengejek, benar-benar berpikir bahwa dia orang idiot. Walaupun dengan kecepatannya, ia tidak bisa melebihi kecepatan kuda.
Jarak diantara mereka mendekat delam kedipan mata. Si pemimpin perampok tanpa belas kasih menusuk ke punggung tanpa pertahanan dari mangsa yang melarikan diri. Ujung tombak yang diasah dengan mudah mencapai jubah, menembusnya.
Akan tetapi, jubahnya ringan. Terlalu ringann. Jubah membungkus tombak karena tidak adanya perlawanan. Dia menyadari semuanya tapi terlalu terlampat. Pada saat itu, kuda pemimpin perampok mengeluarkan ringkikan kesakitan, sebelum jatuh ke depan.
Ia terguling.
Pemimpin perampok, tidak dapat menahan dirinya di pelana, terlempar ke depan dan terbanting ke tanah di punggungnya. “Ghue-” Ia menjerit kesakitan sebagai dampaknya.
Tombak jatuh dari tangannya, tapi ia tidak mempedulikannya saat buru-buru berdiri, menghunuskan pedang di pinggangnya.
Kuda itu telah ia tunggangi tapi beberapa saat lalu menggeliat kesakitan dengan kaki kiri depannya terpotong.
Di saat selanjutnya, bayangan hitam menuju ke arahnya. Pemimpin perampok, telah melihat wujud asli musuhnya, membuka matanya lebar-lebar dengan ketakutan.
“K-Kau!”
Ia bergetar saat bayangan hitam diam-diam mengabaikannya dan memegang pedangnya di sisinya. Sepanjang waktu mata biru bayangan tersebut menyipit. Bayangan tersebut adalah seorang anak muda dengan rambut pirang dan mata biru. Ia mungkin saja disalah artikan sebagai seorang gadis dengan sosok kecilnya. Ia punya mata biru tajam tanpa rasa takut. Ia membiarkan rambutny panjang dengan ponytail ke sisi belakang kepalanya untuk menjaga menutupi pandangannya. Menyiapkan tangan kanannya dengan pedang polos dan sederhana. Meskipun, kata-kata yang akan cocok dengannya yang mungkin saja —
Sepenuhnya hitam.
Di dahinya adalah pelinfung dahi besi hitam, waja hingga hidungnya ditutupi oleh selendang hitam, ia mengenakan sarung tangan kain hitam dan deker hitam. Tubuhnya secara keseluruhan diselimuti pakaian hitam. Di ikat pinggangnya disarungkan belati hitam, dan di punggungnya adalah sarung pedang hitam dari pedangnya. Penampilan tersebut tidak salah lagi —
“—『Ninja』!” rintih pemimpin perampok.
“Ninja”.
Meskipun dia bukanlah “Ninja” Jepang asli. Ia lebih seperti ide 『Ninja』 orang asing.
“Ninja! Andrei sang Ninja!?”
“Sial!! DIa asli!?”
“Hanya dalam sekejab dia berganti dengan jubahnya…!”
Perampok lainnya mulai bergetar juga.
Andrei sang Ninja.
Yang mana di dunia ini dia adalah yang paling terkenal, dan kemampuan serta penampilannya hidup dengan reputasinya.
Di hadapan Andrei yang kuat, para bawahannya bergetar ketakutan, tapi pemimpin perampok mengabaikan mereka. Gelimbang kejut mereda dan perlahan berubah menjadi rasa akan darah mendidih. Itu adalah semangat bertarunganya. Dia ingin bertukar pukulan dengan seseorang yang kuat. Dia ingin mencoba kekuatannya. Itu adalah keinginan murni.
“…Gue pengen nyoba lu sekali aja lu tau…!”
Ekspresi ketakutannya telah beruba menjadi senyuman kekejaman. Ia menyiapkan pedang panjang, mengincar ujung kepala Andrei. Pada saat yang sama, Andrei menjadi hitam kabur. Kemudian datang kilatan perak dan suata udara dipotong. Ia tahu ia telah dipotong. Pemimpin perampok mencoba mengeluarkan cenganan “Ap-?” Kemudian ia menyadari sesuatu.
Ia tidak bisa bicara. Dalam sekeliling pandangannya ia bisa melihat darah merah menuyembur dari lehernya. Nada suaranya kemungkinan besar telah hancur. Karotisnya juga sudah dipotong menjadi terbelah. Serangan sekali serang yang cepat dan bersih, sekali bunuh.
Masih tercengang pemimpin perampok secara sederhana mengucapkan keterkejutan. Ia menerima sebuah pesan 『Bleed Out Death』 dan jatuh ke tanah layaknya boneka. Hanya seperti itu, tanpa sepatah katapun ia menjadi 『Mayat』.
“B-Boss!”
“Kau bajingan, beraninya kau-?!”
Dua perampok memilih marah daripada membeku dalam ketakutan. Mereka bersandar ke kuda bereka dan mengarah ke Andrei. Dua perampok memiliki spesialisasi pada senjata bertangkai panjang seperti tombak dan pentungan. Mereka menyerang dengan kecepatan penuh dan mencoba untuk mengepungnya.
Andrei menyiapkan pedangnya di tangan kirinya, dan mengeluarkan belati pada tangan lainnya.
“Terima iniiiiiiiii-!”
“Matiiiiiiiiiiiiiii-”
Kedua bawahan mengangkat senjata mereka saat mereka menyerang ke depan. Pada pandangan pertama, Andrei berada dalam siruasi mengerikan. Akan tetapi, dirinya tenang. Ia tahu ia tidak sendiri.
Krak! Suara yang terdengar seperti patahan ranting bergema di udara.
“Apa itu?” kata perampok berjenggot tipis pemegang tombak. Dengan ekspresi bingung ia berbalik melihat ke arah belakangnya.
Sesuatu bersiul di udara. Pada saat selanjutnya, keala perampok jenggot tipis terbang. Seperti air mancur, darah menyembur dari lehernya. Itu benar-benar 『Instant Death』. Ia kehilangan semua kekuatannya dan menjadi 『Mayat』, perlahan merosot ke depan sampai ia terguling dari kudanya.
Hanya orang dengan pandangan kinetik yang diperkuat yang mampu menyaksikannya. Dari jauh di belakang anak panah terbang dan menembus leher perampok, merobeknya sampai hancur.
“Persetan?!”
Perampok menghadapi Andrei dengan pentungan yang terangkat, tidak bisa lagi menolong tapi menghentikan kudanya setelah menyaksikan rekannya mati. Ia melihatnya, mencoba untuk tidak menghiraukan apa yang terjadi. Sebuah jubah berkibaran dan seorang anggota kaveleri bisa terlihat. Itu adalah penunggang kuda yang telah kabur dengan Andrei.
Ia mengenakan pelindung kulit berhiasan rumit dengan dekorasi bulu di helmnya. Setengah bagian bawah wajahnya tersembunyi oleh cubah. Perampok hanya bisa sedikit saja untuk melihat mata hitam anak muda itu. Pada pingganggnya ada sevuah pedang, tapi apa yang mencolok adalah busur bewarna merah terang di tangan kirinya.
Busur yang lebih besar daripada yang bisasanya digunakan di punggung kuda, dan juga memberikan kehadiran yang aneh.
Warna merah cerah mencolok menantang hijaunya dataran berselimut rumpun dan cahaya matahari berkilauan di sepanjang kurva elegan busur.
Salah satu perampk berteriak, “—Bunuh dia!” dan sisa perampok yang tercengang cepat-cepat mengembalikan indra mereka.
Akan tetapi, terlalu lambat. Anak laki-laki bermata hitam sudah meletakkan anak panah lain. Dalam satu napas, ia menarik busurnya dan melesatkan anak panahnya dari atas kudanya yang berlari kencang. Krak! Tembakan anak panah seperti sinar perak lurus merangarah ke perampok saat dia merintih.
Suara dalam daging yang terkena terdengar seolah datang dari intinya.
Perampok pemegang pentungan yang menghadapi Andrei terlempar dari kudanya seolah ia telah didorong. Mencuat dari dada kirinya panah berbulu putih. Perampok pemegang pentungan jatuh ke tanah dengan bunyi gedebuk. Itu secara akurat menyerang jantungnya dengan serangan kritikal. Perampok pemegang pentungan hanya bisa menjatuhkan pandangannya, tercengang oleh anak panah yang menembus pelindung kulitnya dengan mudah.
“Sial…!”
Gumam si perampok sebelum HP-nya habis dan ia menjadi 『Mayat』.
“Kau bajingan, keterampilan yang luar biasa!”
“Itu bukan cuma skill, busur itu berbahaya!”
Diantara para perampok yang gelisah, salahs seorang berpelinfung kain dengan sepuhan logam berat berteriak dengan kencang, “Oke, serahkan padaku!” saat ia memasang perisai kayunya. Kemudian mengambul kuda-kuda dengan teriakan, “Sinialah, Kau pemanah sialan—!!”
Dia berulang-ulang memukul perisainya dengan gadanya seoalah-olah ia mengatakan sesuatu seperti ‘coba saja!’
“….”
Si anak laki-laki bermata hitam perlahan menyipitkan matanya dan menarik busurnya sejauh yang ia bisa.
Cahaya perak mengkilat di anak panah seolah-olah terbang dengan kecepatan luar biasa ke arah perampok dengan perisai. Meskipun anak panahnya terlalu cepat untuk dilihat, perampok mengetahui arahnya karena datang lurus ke arahnya. Ia tersenyum kejam saat ia sudah bersiap menerima tembakannya dengan perisainya.
Krak.
Anak panah menabrak perisai hingga tebelah, tanpa kehilangan kekuatan anak panahnya menembus hingga ke sisi lain. Perisai kulit bersepuhan metalnya tertusuk seolah-olah dibuat dari kertas.
“Oh…!”
Kombinasi serangan anak panah dan kuda-kuda perampok menyebabkannya terlontar seperti bola bilyar. Saat darahnya menyembur dengan pancaran indah di udara, ia jatuh ke tanah. Itu adalah 『Instant Death』 tanpa banyak kejang-kejang.
Penunggang kuda yang tersisa sekarang terus berpacu. Kuku kuda yang bergema terus berpacu menglarikan diri dari anak laki-laki bermata hitam.
“…Mereka mengenai James—!”
“Sial, pemanah itu terlalu mengerikan!”
“Ini nggak bagus, ayo kabur—!”
Di antara busur berkekuatan tak terbatas dan pemegang pedang yang agak nggak manusiawi, para perampok sepenuhnya kehilangan keinginan bertarung mereka. Mereka menaiki kuda mereka dan mulai kabur dengan kecepatan penuh.
Anak laki-laki bermata hitam membawa kudanya untuk berpacu dan mulai menyerang dengan santai. Para perampok berlari dalam pola zig-zag acak untuk menghindar menjadi sasaran.
Tapi, semua itu sia-sia.
Dentingan terdengar dua, tiga kali. Anak panah perak berkelebt, dan satu demi satu perampok ditembak jatuh. Sama seperti yang lain, tiga perampok dotembak mati. Akan tetapi, yang terakhir sedikit lebih beruntung. Meskipun ia terkena serangan langsung, karena itu mengenai bahunya jadinya tidak langsung membunuh. Sosoknya secara bertahap menghilang saatia berlari ke perbukitan.
“…”
Anak itu menghentikan kudanya di sebuah bukit kecil, tidak ingin mengejar perampok tadi terlalu jauh. Dengan anak panah yang masih di busur, ia melihat sekeliling lingkungannya.
Di sebelah tibur berbaring bukit-bukit hijau sejauh mata memandang. Sesekali suara angin yang menggemerisik daun terbawa.
Di sebelah timur adalah pengungungan yang amat mengesankan ketinggiannya sehingga menjadi sedikit kabur. Sebuah hutan tersebar di dasar gunung. Tepat di depan hutan, sosok kecil perampok yang tertembak di bahu bisa terlaihat melarikan diri dengan putus asa. Ia terus menjadi lebh kecil di mata tajam anak laki-laki itu saat perampok berlari dan terus berlari.
Anak laki-laki masih tetap waspada untuk sepuluh detik dan juga. Setelah menentukan bawa tidak ada lagi musuh dan tidak ada seorangpun yang berbaring untuk menyerang tiba-tiba, ia kembali ke tempat di mana Andrei menunggu.
“…”
Andrei berlutut di sebelah kuda coklat gelapnya, dan menundukkan kepalanya. Kuda itu sakit karena panah yang menancap di bagian belakangnya.
“…Apa kau baik-baik saja?” Tanya si anak laki-laki itu dalam bahasa inggris fasih dan sempurna. Ia meletakkan busurnya di kakinya dan mengembalikan anak panahnya ke tempatnya.
Andrei menyentakkan kepalanya dan berteriak pahit, “Bajingan, AKu baik-baik saja!!” Dia juga berbicara bahasa Ingrris, tapi aksen Rusianya tegelincir saat ia kesulitan mengucapkan huruf ‘R’. “Lihat! Lihat ini! Ini mengerikan” Ia berdiri marah dan membuat gestur melebih-lebihkan ke semua botol yang ebrserakan.
Botol-botol yang berserakan ke rerumbutan lembut, mungkin karena tumbrukannya, kebanyakan botolnya rusak. Hampir tak ada lagi botol yang bisa terlihat bentuknya. Sebagian besar cairan biru yang disimpan sudah bosor.
“『High Potion』 dibuang-buang! Hampir… hampir semuanya, kau tahu! Meskipun aku mendapatkannya dengan harga murah! ‘Wolvern’ bahkan tidak sejauh itu! Mengerikan, ini emngerikan! Sekarang… Sekaranf aku berada di jalur merah ‘kan…”
Sementara berbicara, Andrei perlahan kehilangan tenaga sampai ia menangis terisak-isak dan kembali berlutut.
Bahkan saat anak laki-laki bermata hitam menatapnya dengan menyedihkan, ia menggelengkan kepalanya sedekit dalam kekecewaan.
“…Udah kubilang jangan serakah. Hal seperti ini karena kau serakah dan mencoba membawa langsung banyak-banya.”
“Tapi, tapiiiii!”
“Paling enggak, kalau kau nggak kelebihan beban kudamu, kita bisa lolos. Apa aku salah?”
“Ngh…”
Andrei tidak punya balasan dari kenyataan yang disebutkan anak laki-laki itu. Orang yang menolakn peringatan si anak laki-laki dan memaksanya untuk memabawa banyak potion tidak lain dan tidak bukan adalah dirinya sendiri.
“…Daripada itu, kalau kau memakai busurmu dari awal, mereka mungkin mundur! Kenapa kau nggak menyerang lebih dini?!”
Andrei berdiri, mengetahui ia dalam situasi yang buruk ia membuat gestur yang dibesar-besarkan dan mencoba mengganti titik tujuannya.
“Hey, hey, siapa yang dibayar untuk jadi engawal?”
“Ngh-”
“Kau harusnya berterima kasih karena aku tidak meninggalkanmu di belakang. Kau aku mau, aku bisa dengan mudah kabur tanpa resiko apapun.”
“Gununu-”
Setelah menerima balasan seperti itu Andrei merintih dengan ekspresi jengkel.
Ia membuka mulutnya seolah mau merespon, tapi saat ia tidak punya tempat untuk berdebat, ia hanya jatuh dengan lututnya.
“Seriusan, akulah orang yang orang yang meminta pengawal. Tapi berapa kalu aku berpikir untuk meninggalkanmu? Aku membawa barang-barang berhara seperti itu…”
Anak laki-laki bermata hitam bergumam sendiri sambil menepuk busur dipangkuannya.
“Kuh… sialan, Kei, ini salahmu! Semuanya karena kau meminta pengawal! Kupikir itu keuntungan yang langka, tapi aku salah untuk menerimanya! Kalau aku menolak maka aku bisa saja pergi tanpa pernah menyentuh potionpotion itu! Sial! SIal!…”
Andrei nampaknya meludahkan kata-kata dengan pengunduran diri saat ia sekali lagi tenang. Kekuatannya nampaknya telah kembali dan ia jatuh dengan bunyi gedebuk. Kemudian ia diam-diam mulai memainkan tanah dengan jarinnya.
Dia cuma melemparkan hal yang pas. Anak laki-laki bermata hitam bernama Kei mendesah.
Sementara melihat jauh ke belakang mereka, ke arah jarak pandang pegunungan agung, Kei bergumam dengan bahasa Jepang, “Tak seperti aku peduli…”.
*****
TOC | Next --